Asal Mula Pasporku

" Nak, besok bikin paspormu" kata *nandeku suatu hari. Tapi aku tidak langsung bereaksi dengan kalimat yang dilontarkannya saat itu. 
" Memangnya mau kemana nde?" acuh-tak acuh sambil memainkan handphoneku di depan TV. Saat itu aku sudah bekerja di sebuah perusahaan telemarketing swasta di umur 28 tahun. Nande atau orang Indonesia biasa memanggil wanita yang melahirkannya sebagai mama. Kami anak-anaknya terbiasa menyebut dengan panggilan tradisional Batak Karo 'Nande'. Katanya biar lebih mendalami adat. Baiklah.. 


Anyway, Nande adalah seorang single parent yang pasangannya sudah lama tidak di dunia ini lagi. Jadi, hal yang paling sering dilakukannya adalah travelling. Tepatnya, travelling kesehatan. Jika beberapa omak-omak batak terutama batak karo yang tinggal di medan dan sekitarnya di wawancara, dengan pertanyaan kemanakah mereka melakukan pengecekan kesehatan rutin?  (sekitar tahun 2000 - 2013) pasti rata-rata menjawab Malaysia. KL atau Penang.  Walau kadang tidak diperlukan untuk periksa kesehatan, nande selalu berangkat bersama ibu-ibu lain ke RS di Penang atau KL sekalian melancong ke negeri orang. Jadi, paspornya memang selalu ada stempel cap Luar Nagrek walau dibilang dekat. 

Kali itu dia mendesakku juga untuk memiliki paspor. Padahal aku tidak memiliki uang yang cukup saat itu untuk bepergian ke luar negeri. Memang sih sudah memiliki rencana untuk pergi. Tetapi itu baru rencana. Walau sangat menginginkan itu bisa terwujud. Namun saat itu tekadku belum bulat. dan si nekadpun belum datang.  Jadi tidak terpikir untuk membuat paspor. 

"... temani aku untuk cek kesehatan di Penang.. " sambungnya setelah tidak ada reaksi yang berarti dari sang anaknya ini. 

Temenin ke Penang??? woww.... itu berarti dia akan membayari aku untuk pergi kesana. yuhuuuu... i am in!!!  melonjak gembira. Perlu diketahui warga yang ber ktp medan dan sekitarnya bebas fiskal untuk travel ke malaysia dulu. 

Itulah awal mulanya mengapa aku membuat paspor. Mungkin ada yang tidak seberuntung diriku. Tetapi yang mau aku garis bawahi disini adalah apapun alasannya jika memang ingin menginjakkan kaki di negeri orang, cetaklah paspormu. Mau yang 24 halaman atau 48 halaman yang penting milikilah itu dulu. Sama dengan membuka pintu kemana saja di dunia ini, hampir seperti memiliki pintunya Doraemon. 






Comments

Popular Posts